Kesulitan Perempuan Gen Z yang Mengalami Fatherless dalam Memilih Pasangan Hidup
Abstract
Penelitian ini bertujuan untuk memahami dan menggali secara mendalam kesulitan yang dialami oleh perempuan Gen Z yang mengalami fatherless secara emosional dalam memilih pasangan hidup. Fatherless dalam konteks ini merujuk pada kondisi di mana ayah secara fisik hadir serumah, namun tidak terlibat secara emosional dan tidak menjalankan peran pengasuhan yang mendalam. Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah kualitatif dengan metode fenomenologi, melibatkan lima partisipan perempuan usia 21–25 tahun yang sudah menikah dan berdomisili di Kecamatan X, Kabupaten Y. Teknik pengumpulan data utama yang digunakan dalam penelitian ini adalah wawancara mendalam (in depth interview). teknik analisis data menggunakan tematik. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pengalaman fatherless memengaruhi kepercayaan diri, membentuk rasa ragu dalam menjalin hubungan, serta menciptakan standar dan ekspektasi khusus terhadap pasangan hidup. Partisipan mengaku mencari pasangan yang mampu memberi perhatian, dukungan emosional, dan komunikasi terbuka hal-hal yang tidak mereka dapatkan dari figur ayah. Selain itu, tekanan sosial dan budaya untuk menikah muda turut menjadi faktor eksternal yang mempercepat pengambilan keputusan, meski dalam kondisi emosional yang belum stabil. Dalam hubungan pernikahan yang dijalani saat ini, luka emosional dari masa lalu masih memengaruhi pola interaksi dengan pasangan. Namun, partisipan juga menunjukkan refleksi dan kesadaran untuk membangun relasi yang lebih sehat. Penelitian ini memberikan kontribusi penting dalam pemahaman peran ayah terhadap perkembangan psikologis perempuan serta pengambilan keputusan dalam membangun relasi jangka panjang